Assalamualaikum Wr. Wb
Hai readers! Berjumpa lagi dengan tulisan saya yang kesekian
kalinya. Sebelumnya saya berterima kasih kepada Allah SWT karena pada saat ini
saya masih dapat memberikan pengalaman saya kepada para pembaca.
Kali ini saya tidak akan membahas tentang film lagi mungkin
kalian bosan hahaha tetapi masih ada sih unsur-unsur seperti tokoh, latar seperti
yang ada di film. Yap, kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya menonton
sebuah drama monolog. Ada yang sudah tahu apa itu drama monolog? Drama monolog
ini merupakan drama yang hanya satu orang jadi kaya kita berbicara sendiri.
Langsung saja yaa….
Tepatnya pada hari kamis, 29 Oktober 2015 bertempat di
Auditorium Fakultas Ilmu Pendidikan. Saat itu, saya dengan teman-teman saya
menonton drama monolog bukan iseng sih tetapi untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sosiologi Antropologi. Judul yang diambil pada drama monolog itu adalah “Anak
Kabut”. Aneh bukan? Akupun bingung dengan judul yang diambil oleh Sang
Sutradara Soni Farid Maulana itu.
Saya sempat berfikir jika judulnya itu pasti tentang bencana
asap yang melanda di Pulau Sumatera. Tetapi apakah mungkin tema tentang bencana
asap itu bisa dipentaskan dengan cara monolog? Pasti akan banyak begitu peran
yang diambil dan juga monolog itu seperti ibaratnya kita ngomong sendiri. Jadi
gimana dong?
Awal pementasan dibuka oleh seorang wanita yang bisa
dibilang baru selesai mandi, karena dapat dilihat dari pakaiannya yang minim
memakai celana pendek dan baju ala rumahan dengan rambut yang masih memakai
handuk. Tiba-tiba dia bercermin lalu dia berbicara, “ sayang, aku mau di tato”.
sambil memegang payudaranya. Disitu saya langsung “ini monolog apaan kenapa
kaya gini?” beda banget gitu sama apa yang saya pikirkan sebelumnya. Ternyata
dibalik judul “Anak Kabut” ada makna mendalam yang amat dalam.
Setelah itu, ia (wanita) mengambil sebuah majalah lalu
dibacakannya bacaan di majalah itu dengan penuh penghayatan. Sedikit bingung
sih awalnya, karena wanita itu jika menurut saya terlalu berlebihan atau bisa
dibilang seperti orang gila. Karena wanita itu terlalu berekspresi dan
menghayati dengan sepenuh jiwanya.
Setelah bertahun-tahun lamanya, luka yang ada dibenaknya
terasa lagi dan tak terbendung kemudian tumpah ruah hingga tak terkendali.
Ingatan buruk yang selalu hadir dan menghantuinya selalu datang
membayang-bayanginya sampai ia seperti orang gila. Kenangan itu muncul seraya
dengan kerinduannya terhadap kekasihnya yang dulu dibawa oleh para penguasa
negeri untuk dibakar hidup-hidup karena dianggap sebagai provokator dari pihak
lawan.
Padahal semua itu tidak benar, kenyataannya kekasihnya itu
merupakan seorang kuli bangunan meskipun ia merupakan lulusan dari Universitas
ternama. Selain ia merengek tentang kekasihnya yang mati, ia juga merengek akan
para koruptor yang bisa naik ke pemerintahan dinegeri ini. Aneh memang tapi
keren gitu. Kenapa? Karena Sang Sutradara dapat menyisipkan pesan-pesan dibalik
makna dan omongan si tokoh utama dan ia juga pandai menyisipkan kritik-kritik
yang tidak diduga sebelumnya.
Kemudian ia bercerita jika ia merupakan korban pemerkosaan
dari segerombolan orang berhati nero. Mungkin yang dimaksudkan itu yaitu
orang-orang jahat. Yang dapat dilihat dari omogannya dan penghayatan tokoh
dalam menceritakan kejadian itu. Sedih memang, ia harus menahan semua rasa
amarah itu di dalam benaknya dan juga ia harus menahan sedih krena kekasihnya
mati dibunuh oleh para penguasa itu. Ia juga mempertanyakan tentang reformasi
dan komnas HAM yang tidak memperjuangjuangkan nasib dan hak-hak teman-temannya.
Semua itu hanya akan ramai diperbincangkan di Koran ataupun media massa tanpa
ada pergerakan sama sekali.
Yang lebih mengkhawatirkan sekali yaitu ketika tokoh utama
berkata jika” Semua itu hanya akan mereka publish ke koran-koran sedangkan
pelakunya masih bisa bebas jalan-jalan sesuka hati mereka. Di dunia nyata pun
sama contohnya yaitu para koruptor yang bisa jalan-jalan, mondar mandir,
keliling kota padahal ia merupakan tahanan Negara yang sangat merugikan masyarakat.
Pesan, kesan dan hal yang dapat disimpulkan seusai menonton
pentas drama monolog ini yaitu drama monolog ini merupakan cerminan dari dunia
ini dan tidak berbeda jauh dengan kehidupan kita diluar sana sehingga kita
dapat memperaiki diri kita. Kita juga dapat menyikapi permasalahan yang ada
jadi kita sebagai masyarakat tidak pasif akan permasalahan di negeri ini.
Meskipun judul dan isi dari drama ini berbeda dri apa yang saya perkiran tetapi
menurut saya semuanya keren dan memiliki unsur pesan moral yang dapat diambil
dari drama monolog ini.
Sekian dari tulisan tangan saya. Mohon maaf bila ada
salah-salah kata. Wassalamualaikum Wr. Wb
Casino, Roulette, Slots, Table Games, Casino & More - DrmCD
BalasHapusAt 강원도 출장샵 drmcd, we are dedicated to 나주 출장안마 helping 고양 출장마사지 you to 나주 출장마사지 find the best casino games available! 포항 출장안마 Our casino games are always on a winning streak.